6 Kemampuan Bina Diri yang Harus Dilatih Sejak Dini. Perhatikan Prosedurnya!

Saat televisi tidak ada yang menonton, ia langsung mematikan.
Ketika Keran air penuh, ia dengan sigap memutar keran ke arah off.
Bahkan ketika adzan lima kali berkumandang, pemuda itu tak pernah absen pergi ke masjid.
Pemuda itu bernama Dino, anak yang sejak berusia 3 tahun didiagnosa ADHD.

Kini usianya sudah 24 tahun kesehariannya membantu ibunda mengantar pesanan mi ayam jamur.

Ia piawai dalam membaca peta, tak sekalipun alamat yang ditujunya meleset. 
Jika ia driver ojek online,bintang lima pun mungkin kerap diraihnya.


Sahabat unique, kisah diatas adalah salah satu cerita tentang ananda spesial yang memiliki kemampuan bantu (bina) diri yang baik. 

Pada dasarnya, kemampuan ini bertujuan untuk memampukan anak hidup mandiri dalam kehidupan rutin sehari-hari.

Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.

Peranan orang tua bisa mempercepat kemampuan bina diri anak. 
Orang tua harus segera menyadari dan mencari partner dalam memberikan pengarahan dan pendidikan bina diri pada ananda.

Kemampuan ini harus dikenalkan sedini mungkin. Minimal pada saat anak berusia dua tahun.

Namun hal ini bersifat fleksibel. Tergantung dari kondisi ananda masing-masing. Tentu saja dalam beberapa kasus bisa dikenalkan di usia lebih dari dua tahun.

Harapannya agar di usia 12 tahun atau usia pra aqil baligh, ananda sudah menguasai kemampuan dasar bina diri.

Berikut adalah kemampuan bina diri yang harus dilatih sejak dini dan prosedurnya. 

6 kemampuan bina diri dan Langkah-Langkah yang Harus Dilatih sejak Dini



#1. Makan dengan Tangan

Orang tua menyiapkan makanan yang bersifat finger snack. Seperti kentang goreng, irisan wortel, rotiklikdokter.com

Langkah-langkahnya:

  • Dudukkan anak di kursi yang tinggi (kursi makan anak). Letakkan makanan kesukaannya di meja sejajar dengan anak.
  • Pastikan anak membuat kontak mata dan perlahan ambil sepotong kentang dan suapkan ke mulut ayah/ bunda. Ekspresikan bahwa makanan tersebut enak. 
  • Instrusikan kepada anak, TIRUKAN dan perhatikan respon ananda. Lakukan siklus demi siklus sampai ananda dapat melakukan sendiri tanpa prompt (diingatkan).
  • Jangan lupa untuk memberikan imbalan sekalipun dengan prompt.
  • Apabila gerakan motorik ananda semakin baik, perkecil irisan makanan tersebut.

#2. Minum dari Cangkir

pinterest.com

Orang tua menyiapkan cangkir besar dan ringan (dari plastik). Gelas tersebut berisi minuman kesukaan ananda.

Biasanya,anak akan minum bila orang tua yang memegangkan cangkirnya. Sedangkan pada kompetensi ini,  orang tua harus membiasakan anak untuk memegang cangkirnya sendiri. 

Namun, anak pada umumnya tidak menyukai perubahan.

Oleh karena itu, orang tua perlu mengubah kebiasaannya tanpa menyebabkan dia bingung atau marah.

Langkah-langkahnya:

  • Berdirilah di belakangnya, pegang cangkirnya dengan tangan ayah/ bunda. Lalu naikkan ke mulutnya.
  • Ayah bunda masih berdiri di belakangnya. Lalu biarkan tangan ananda bersama tangan ayah/ bunda memegang cangkir dan naikkan ke arah mulutnya.
  • Lakukan yang sama,tapi tangan ayah/ bunda memegang pergelangan tangannya.
  • Kemudian longgarkan pegangan ayah/ bunda di pergelangan tangannya. Sentuhan ayah bunda sekadar memberikan keyakinan pada ananda. Biarkan ananda memegang sendiri cangkirnya.
  • Kurangi pegagan ayah/ bunda pada pergelangan tangannya. Ayah bunda cukup memberikan sentuhan sekadar mengingatkan ananda atas apa yang harus dilakukannya.

#3. Makan dengan sendok

Pada kompetensi ini, orang tua harus memastikan bahwa ananda sudah bisa menyendok beras, pasir, dan air. Ia juga sudah bisa menahan semua benda itu agar tidak jatuh. Jika sudah mampu, ananda boleh diajarkan untuk makan dengan menggunakan sendok.

Orang tua pada tahap ini harus menyiapkan sendok dan makanan yang biasa disendokkan seperti bubur, nasi, atau pudding.

Langkah-langkahnya:

  • Pegang sendok pada tangan anakdan pimpin dengan tangan ayah/ bunda ke arah makanan tersebut.
  • Benamkan sendok tersebut ke dalam makanan dan secara lembut arahkan ke mulutnya.
  • Berikan imbalan (katakan “BAGUS” dengan ekspresi senang)
  • Kurangi bimbingan pada tangannya dengan mengurangi tekanannya.
  • Naikkan tangan ayah/ bunda ke pergelangan tangannya, lalu makin naik ke lengannya dan terakhir lepaskan tangan ayah/bunda.
  • Ulangi langkah serupa dengan jenis makanan yang berbeda sampai ayah/ bunda dapat memintanya memegang sendok sendiri. Biarkan ananda makan tana bantuan lagi.
  • Ajaklah ananda makan bersama orang tua dengan menggunakan sendok dan minta mereka untuk menirukan.


#4. Membuka Kaos Kaki

guardian.co.tt

Sebelum memakaikan kaos ke kaki ananda, ayah bunda perlu melatihnya untuk memakaikan kaos ke suatu benda, seperti botol.
Karena itu, benda yang disiapkan; kaos kaki dan botol plastik (botol saos tomat).

Langkah-Langkahnya:

  • Masukkan sesuatu yang menarik perhatian anak ke mulut botol. Pastikan ia melihat ke arah tersebut. 
  • Tarik kaos kaki menutup benda dibibir mulut botol tersebut secara longgar..
  • Pimpin tangan anak untuk menarik kaos kaki dari mulut botol dan bantu anak memperoleh benda tersebut dengan luapan kegembiraan.
  • Ulangi berkali-kali sampai anak dapat menarik kaos kaki tanpa bantuan.
  • Pakaikan kaos kaki besar tersebut pada kaki ananda. Pastikan ia duduk dalam keseimbangan yang baik agar tidak mudah terjatuh (agar tidak kapok).
  • Sisakan lipatan kaos kaki yang cukup besar untuk ditarik.
  • Ulangi berkali-kali dengan kaos kaki besar tersebut.
  • Pergunakan kaos kaki anak sendiri dimulai dengan mulut botol.
  • Pakaikan pada kaki anak, cukup menutup jari-jarinya.
  • pimpin anak untuk menariknya/ membukanya sampai bisa tanpa bantuan. 
  • Secara bertahap naikkan sedikit demi sedikit kaos kakinya sampaiterpasang sempurna.
  • Pimpin anak sampai bisa melakukannya sendiri.
Pada kemampuan memakai kaos kaki, orang tua jangan sampai telat membantunya saat mereka kesulitan. Keterlamabatan ini dapat menyebabkan ananda frustasi. 

#5. Memakai Celana

Orang tua menyiapkan celana anak, dimulai dari celana berkaret.

Langkah-langkahnya:

  • Pada saat memakaikan anak celana, tarik celana itu sampai setengah pahanya.
  • Pimpin tangan anak memegang bagian atas celananya.
  • Kemudian instruksikan, “(Nama anak), tarik celanamu!”
  • Prompt anak sehingga menarik celannya sampai ke pinggangnya.
  • Berikan imbalan “bagus”
  • Ulangi berkali-kali sampai terasa tangan anak membantu tangan ayah/ bunda.
  • Kemudian secara bertahap kurangi prompt pada tahap ini sampai ia dapat melakukan sendiri.
  • Lanjutkan prosedur yang sama dengan lebih menurunkan celana anak di lututnya.
  • Bila telah lancar selutut, turunkan ke bawah lagi sampai ke tumitnya. Pada tahap ini anak harus membungkuk, jadi jalankan lebih pelan.
  • Dudukkan anak di kursinya. Letakkan celana di hadapan anak dengan bagian depan menghadap ke arah anak. Konsistensi peletakan harus diperhatikan.
  • Katakan, “(Nama anak), ambil celanamu!”, dan bimbing tangan anak untuk membuka celana lebar-lebar.
  • Tunjukkan caranya memasukkan kedua kakinya ke dalam lubang celana satu demi satu.
  • Katakana, “(nama anak), angkat celanamu.” Dan bantu anak untuk berdiri.
  • Lanjutkan dengan instruksi tarik dan kalau perlu beri prompt, sampai celana ke pinggangnya.
  • Jangan lupa memberikan pujian pada setiap langkah.
Berikan celana selalu pada posisi muka dan belakang yang selalu sama. Agar ia benar-benar mengenal mana yang bagian depan.

#6. Toilet Training

Latihan ini dilakukan di toilet duduk (WC) ukuran anak.
rifton.com

Langkah-langkahnya:

  • Dudukkan anak setiap jam di atas WC selama lima menit.
  • Setiap kali anak melakukan dengan benar berikan sesuatu yang dapat dipegang untuk imbalan.
  • Bila setelah 5 menit tidak ada respon, pindahkan anak secara lembut tapi jangan diberi imbalan. 
  • Pimpin ananda dengan lembut dan jangan tunjukkan kekesalan apabila anak buang  air di celana.
  • Catat waktu terjadinya ‘kecelakaan’ buang air di celana dengan cermat.

Ketika sahabat unique melakukan prosedur bina diri di rumah, metode ABA (Applied Behaviour Analysis) tetap harus diterapkan. Tentunya setelah melakukan diskusi dengan terapis tempat ananda latihan.

Sahabat unique juga harus tetap memberikan prompt dan imbalan yang tepat. 

Ketika ketiga hal ini sudah dimasukkan dalam latihan bina diri, sahabat unique harus menjaga konsistensi berlatih. Bahwa latihan ini harus diajarkan dan dibiasakan di rumah masing-masing dalam kegiatan sehari-hari.

Jika sudah terbiasa melakukan latihan bina diri di rumah,  ananda tidak akan terbiasa saat berada di luar rumah.

Gimana sahabat unique?
Latihan ini tentunya terasa mudah jika kita meminta untuk dimudahkan.

Pantang menyerah dan selalu semangat harus ditunjukkan pada anak-anak saat berlatih di rumah. Sahabat unique juga harus menunjukka rasa senang pada mereka.

Sebab, sekecil apapun sikap dan perilaku negatif orang tua tidak luput dari perhatian ananda.

Yukkk sahabat unique,
Tetap semangat untuk berlatih bersama ananda!

sumber: Buku autisma, DR Dr Y Handojo MPH


Komentar