Tahap-Tahap yang harus Diketahui Ayah Bunda untuk Menerima Anak Berkebutuhan Khusus


istockphoto.com
Assalamu'alaikum Sahabat Unique!
Bagaimana kabarnya? Semoga sahabat unique selalu dalam keadaan sehat dan tetap semangat dalam membersamai sang buah hati ya.

Ngomong-ngomong tentang buah hati, gimana sih awalnya ketika awal menikah dulu? 
Pasangan yang baru saja menikah tentu memiliki berbagai planning tentang masa depan. Tentang karir, rumah, hingga momongan. 

Hal yang paling menggemaskan tentu saja ketika membicarakan tentang si kecil, berbincang bagaimana nantinya jika dikarunia seorang bayi mungil, karena memiliki anak adalah impian hampir semua pasangan.

Ketika dikaruniai seorang anak, bukan main bahagianya hati ayah bunda. Segala persiapan dan perencanaan tentang kehadirannya sudah disiapkan matang-matang baik secara materiel maupun non materiel. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa pasangan akan dihadapkan sebuah kenyataan yang di luar ekspektasinya.

Bagaimana jika kehadiran sang buah hati tidak sesuai dengan harapan ayah bunda? 

Salah satunya, ketika orangtua dikaruniai anak berkebutuhan khusus.
Ananda dapat dikatakan anak berkebutuhan khusus jika dirinya mengalami beberapa perbedaan seperti dalam kondisi fisik, mental, juga sosial dengan teman sebayanya.

Bukan hal yang mudah ketika mengetahui hal tersebut. Disadari atau tidak, berbagai macam emosi tentu tumbuh dalam jiwa ayah bunda. Sedih, marah, kecewa, hingga menyalahkan diri sendiri dan orang lain akan terus berkecamuk. 
Hal tersebut terjadi karena orang tua masih belum bisa menerima atas kenyataan yang terjadi.
Hal tersebut sangatlah wajar, ketika orang tua sulit menerima realita tersebut. Mereka membutuhkan waktu untuk menerima bahwa ananda adalah anak berkebutuhan khusus.

Penerimaan (Acceptance)

Penerimaan adalah suatu sikap orang tua kepada anak-anak nya yang ditunjukkan dengan kasih sayang dan perhatian besar. Orang yang sudah menunjukkan sikap penerimaan ialah mereka yang mampu menerima dan menghadapi kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri dan tidak ada harapan. 

Fase penerimaan memiliki waktu yang berbeda-beda pada setiap orang. Namun biasanya ada beberapa tahapan penerimaan yang perlu diketahui orang tua, khususnya sangat memiliki anak berkebutuhan khusus. 
fase itu adalah, denial (menyangkal), angry (marah), depressions (depresi), bargainning (menawar), acceptance (penerimaan).

Lima tahap inilah yang biasanya dihadapi semua orang ketika menghadapi sesuatu yang terjadi di luar perkiraannya. Fase ini dikenal dengan sebutan stage of grief (Kubler and Ross dalam on death and dying)

Tahapan dalam Penerimaan Diri

1. Denial (Penolakan)

Pada tahap ini, orang tua tidak percaya akan diagnosa dari para ahli tentang anaknya. Orang tua  biasanya tidak mengakui akan hal yang terjadi pada ananda. Mereka menganggap bahwa anaknya baik-baik saja. Perasaan selanjutnya setelah menolak, orang tua akan diliputi perasaan bingung dan terselip rasa malu untuk mengakui realita tentang anaknya di tengah keluarga.  Keadaan ini akan bertambah buruk, jika orang tua berada di tengah orang-orang yang memberi tekanan karena ketidakpahaman mereka akan anak berkebutuhan khusus. 

2. Angry (Marah)

Pada tahap kedua, orang tua akan merasa marah atas diagnosa pada ananda. Orang tua akan menyalahkan orang lain seperti dokter dan para ahli. Ortu juga akan menyalahkan benda di sekitarnya, hingga menyalahkan diri sendiri. Puncak kemarahannya mereka enggan untuk mengasuh ananda yang memiliki berkebutuhan khusus. 
 

3. Bargaining (menawar)

Fase ini disebut juga fase menawar, seseorang akan bernegosiasi agar hal buruk tidak terjadi. Biasanya orang tua akan berandai-andai terhadap kemungkinan yang seharusnya dilakukan apabila kenyataan yang membuat mereka sedih berhenti terjadi. 
Mereka bernegosiasi terhadap Sang Pencipta atau bisa juga terhadap diri sendiri.
"Ya Allah, aku akan menjadi ibu yang sangat memerhatikan anakku, berikan kondisi yang sempurna pada anakku."
atau bisa juga melalui kalimat pengandaian.
"Andai saja ketika trisemester pertama, aku tidak naik pesawat, mungkin anakku tidak akan seperti ini."
Tahap ini adalah harapan palsu. Sebagian orang tua percaya bahwa melalui negosiasi semacam ini dapat menghindari kesedihan akan kenyataan pada diri anaknya. 
Secara normal, seseorang sangat ingin mengembalikan hidupnya seperti sebelum realita hadir.  Seseorang bersedia melakukan perubahan besar dalam hidup dalam upaya menuju normalitas.

Rasa bersalah adalah hal yang umum dalam tawar-menawar. Ayah bunda akan terus mengalami serangkaian pertanyaan 'bagaimana jika'  yang tak ada habisnya: 
'Bagaimana jika saya lebih memerhatikan asupan gizi selama kehamilan?'
Anak saya tidak akan terdiagnosa anak berkebutuhan khusus.
'Bagaimana jika saya melakukan screening test waktu hamil?'
saya akan lebih siap menerima kelahiran ananda yang sangat spesial ini.

4. Depression (depresi)

Depresi pada tahap ini bukanlah gangguan mental secara harfiah, tetapi ketika orang tua merasa kesedihan dan kekecewaan yang mendalam. Hal ini adalah reaksi yang dirasakan ketika ayah bunda mulai menyadari bahwa ananda berbeda dengan anak lainnya.  Ayah bunda merasa tidak beruntung atas ujian yang dialami. 
Pada tahap ini, kemungkinan ayah bunda akan menarik diri dari kehidupan, merasa putus asa dan merasa hidup dalam kabut. 
Bagi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, pada fase ini adalah ketika dunia nampak terlalu berat untuk dihadapi.

5. Acceptance (Penerimaan)

Tahap ini adalah tahap terakhir. Tahap penerimaan adalah tahap penyesuaian kembali terhadap realitas baru. 
Orang tua pada akhirnya menyadari akan sebuah kenyataan bahwa mereka dikaruniai seorang anak berkebutuhan khusus. 
Pada tahap ini pula, ayah bunda sudah memiliki emosi yang stabil dan siap dengan realita kehidupan. Ayah bunda menyadari bahwa ananda sudah terlahir, dan mereka berhak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.
Pada tahap penerimaan, ayah bunda juga sudah mulai menjalin hubungan dengan teman-teman dan beberapa orang baru di sekitar.
Ayah bunda pun memikirkan bagaimana agar kehidupan diri dan ananda semakin membaik dari hari ke hari.
Hidup harus semakin membaik dan biasanya orangtua akan memiliki beberapa planning untuk bergerak maju.
Bagi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, fase ini tentu berbeda kadarnya pada setiap orang. Penerimaan adalah fase tersulit dalam setiap hal diluar perkiraan dan harapan manusia.

Bagaimanapun juga ada hari baik dan ada hari dimana seseorang akan merasa sedih. Namun bukankah hari baik itu cenderung lebih banyak?

Oleh karena itu, ketika sahabat unique merasa terjatuh cukup dalam dan lama, percayalah akan datang hari dimana kita akan merasa menjadi diri yang semakin baik dari hari ke hari.

Orang tua yang percaya dirinya baik-baik saja, akan merasa yakin dan mampu untuk membersamai ananda yang berkebutuhan khusus sampai mereka mampu mandiri.

http://www.psikogenesis.com/2017/12/the-five-stage-of-grief-lima-tahap.html?m=1
https://upt-lbk.unj.ac.id/blog/Tahapan%20kedukaan
https://www.psycom.net/stages-of-grief



 

Komentar